Cadangan BBM Dinaikan, Pertamina Kesulitan Cari Storage
Berita

Cadangan BBM Dinaikan, Pertamina Kesulitan Cari Storage

Fasilitas BUMN lain susah dipakai sehingga perlu dimodifikasi.

KAR
Bacaan 2 Menit
Pertamina. Foto: Sgp
Pertamina. Foto: Sgp
Direktur Pemasaran PT Pertamina (Persero), Ahmad Bambang, mengeluhkan fasilitas penyimpanan yang dimiliki Pertamina baru mencapai 3,2 juta kiloliter. Kendati fasilitas itu di luar penyimpanan yang berada di enam kilang, Bambang masih meragukan kemampuan cadangan operasional bahan bakar minyak (BBM) sebagaimana ditargetkan pemerintah.

Sebagaimana diketahui, pemerintah menargetkan kenaikan cadangan operasional BBM dari 18 hari menjadi 30 hari tahun ini.“Fasilitas penyimpanan perusahaan kami belum besar,” katanya di Jakarta, Rabu (3/6).

Selain fasilitas penyimpanan yang terbatas, Bambang juga menyebut fasilitas tangki distribusi Pertamina membutuhkan perhatian khusus. Ia mengatakan, tangki distribusi perusahaannya memang sudah mencapai dua juta kiloliter. Namun, angka itu sudah termasuk dua floating storage yang salah satunya berlokasi di Bontang.

Bambang menambahkan, peminjaman fasilitas penyimpanan BUMN lain tidak bisa serta merta menjadi solusi. Pasalnya, storage badan usaha milik negara (BUMN)  yang menganggur tidak seluruhnya dapat dipakai secara langsung. Bambang mengingatkan, pihaknya membutuhkan fasilitas penyimpanan yang bisa menyimpan dan menyalurkan BBM.

Dia mencontohkan storage milik Krakatau Steel yang hanya bisa menerima BBM, namun tidak bisa menyalurkan. Alhasil, storage tersebut hanya bisa untuk menyimpan BBM konsumsi internal perusahaan. Fasilitas penyimpanan milik PLN juga memiliki spesifikasi yang sama.

"Misal PLN tidak pakai BBM lagi, namun susah dipakai. Perlu dimodifikasi," tegasnya.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan bahwa Pertamina mengemban tugas menaikkan cadangan BBM. Ia mengaku, akan mendorong perusahaan pelat merah itu agar segera membangum cadangan operasional 30 hari. Sebab, Sudirman yakin target kenaikan cadangan operasional menjadi 30 hari tahun ini bisa tercapai.

"Cadangan operasional 18 hari itu yang coba dinaikkan jadi sebulan," katanya.

Untuk meningkatkan cadangan, Sudirman berencana akan menggunakan keuntungan dari bisnis BBM. Dengan demikian, harga BBM tidak akan turun ketika harga minyak dunia rendah. Kebijakan itu, menurutnya juga diperlukan bagi Pertamina untuk mengembangkan infrastruktur BBM di seluruh wilayah Indonesia.

“Selain untuk menaikkan cadangan, marjin yang cukup juga diperlukan Pertamina. Akibatnya, ketika harga minyak dunia rendah nanti harga BBM tak turun,” tambahnya.

Menurut Sudirman, setiap penambahan stok operasional satu hari membutuhkan biaya Rp1,2 triliun. Dengan demikian, untuk menaikkan cadangan dari 18 hari menjadi 30 hari maka Pertamina membutuhkan Rp26,4 triliun. Ia pun mengatakan, hitung-hitungan itu antara lain bisa didapat dari marjin penjualan BBM.

Selain itu, Sudirman yakin Pertamina bisa melakukan efisiensi dengan menggunakan penyimpanan milik BUMN yang menganggur. Nantinya, fasilitas itu bisa difungsikan untuk menyimpan cadangan nasional. Namun, Sudirman menambahkan, Pertamina juga perlu membangun terminal penyimpanan baru.

Salah satu storage yang menurut Sudirman bisa digunakan Pertamina adalah milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Ia menuturkan, PLN memiliki beberapa storage yang tidak terpakai akibat konversi bahan bakar pembangkit dari BBM ke batu bara dan sumber energi lain.

Selain itu, perusahaan migas tersebut juga menjajaki pemanfaatan storage yang dimiliki PT Karatau Steel Tbk. Storage perusahaan lain seperti Chevron Pacific Indonesia juga tengah dijajaki. Sudirman mengungkapkan dengan memanfaatkan storage menganggur milik BUMN lain, dia memperkirakan akan ada tambahan cadangan BBM selama 10 hari.

"Tinggal menunggu kesepakatan antara Pertamina dan BUMN, peningkatan cadangan BBM nasional bisa cepat tanpa harus bangun storage," ungkapnya.
Tags:

Berita Terkait