Cerita Ketua Pengadilan Negeri yang Berani Memaki Ketua MA
Utama

Cerita Ketua Pengadilan Negeri yang Berani Memaki Ketua MA

Hatta Ali tak dapat melupakan peristiwa makian di ujung telepon.

Oleh:
Tim Hukumonline | RFQ
Bacaan 2 Menit
Ketua Mahkamah Agung Hatta Ali. Foto: RES
Ketua Mahkamah Agung Hatta Ali. Foto: RES
Siang itu, sekira 1996 silam. Telepon kantor di ruang Ketua Pengadilan Negeri Bitung berdering. Tanda ada orang yang menghubungi. Pria itu kemudian bergegas, mengangkat gagang telepon. Di ujung telepon, suara perempuan menyapa dengan menyebutkan ketua ingin berbicara.  Tanpa panjang lembar, Ketua Pengadilan Negeri Bitung nampak tidak ramah. Sebaliknya berang. 
“Saya tidak usah ditipu, saya lebih penipu dari kamu,” hardik keras Ketua Pengadilan Negeri Bitung yang tak lain Hatta Ali -kini Ketua Mahkamah Agung, red- saat bercerita kepada hukumonline, Jumat (12/8) pekan lalu di ruang kerjanya, Gedung Mahkamah Agung.
Pria di ujung telepon itu kemudian memperkenalkan diri dengan nama Sarwata –Marsdya Sarwata bin Kertotenoyo, Ketua MA kala itu- . Hatta Ali kala itu tak menyangka kalau orang yang menghubungi adalah orang nomor satu di lembaga peradilan, Mahkamah Agung. Maklum, Hatta kerap berdinas dari satu daerah ke daerah lain. Mendengar suara Sarwata, Hatta tak percaya begitu saja. Malahan, Hatta membentak balik. 
“Tidak usahlah begitu, kamu penipu saya lebih penipu,” ujarnya. (Baca juga: Hatta Ali: Pengawasan Harus! Jangan Kasih Kendur)
Meski dibentak anak buahnya, Sarwata tak sekalipun menunjukan nada emosi ke Hatta. Sebaliknya, Hatta mengaku salut dengan sosok figur pemimpin seperti  Sarwata. Tak berselang lama, Sarwata di ujung telepon meminta Hatta agar membuka buku agenda di meja kerjanya. Sarwata meminta Hatta melihat nomor telepon yang tertera di buku agenda, untuk kemudian menghubungi balik.
“Kau ini penipu, ini nomor telepon penipu,” hardik Hatta.  “Bukan itu dik, coba lihat yang diatas itu,” timpal Sarwata.
Penglihatan Hatta pun kembali ke buku agenda. Setelah dilihat dengan seksama, ternyata benar saja. “Dalam hati, wah mati aku,” ujarnya khawatir.
Tags:

Berita Terkait