Ex Stafsus Edhy Prabowo Ungkap “Jatah” KKP Rp1500 per Ekor Benih Lobster
Berita

Ex Stafsus Edhy Prabowo Ungkap “Jatah” KKP Rp1500 per Ekor Benih Lobster

Ada juga arahan Edhy untuk membantu perusahaan tertentu.

Oleh:
Aji Prasetyo
Bacaan 4 Menit

Beli Sepeda

Dalam kesaksiannya kali ini Safri juga menyebut dirinya diperintahkan Edhy untuk membeli delapan buah sepeda dengan nilai total Rp168,4 juta. “Bukan perintah langsung Pak Menteri tapi dari Pak Amiril. Dia (Amiril) mengatakan 'ini mau beli sepeda bang' ada delapan biji, lalu saya katakan 'Oh iya nanti ada teman saya yang bisa mencari, temannya Pak Menteri juga jadi dia yang bisa mengusahakan untuk membelikan sepeda,” tuturnya.

Penuntut menyebut dalam BAP Safri mengatakan mendapat uang Rp168,4 juta pada 24 Agustus 2020 melalui transfer dari rekening Ainul Faqih yang digunakan untuk membeli delapan unit sepeda. "Harga sepeda per unit adalah Rp14,8 juta atau harga keseluruhannya Rp118,4 juta atas perintah Edhy Prabowo untuk mencari sepeda di Widya Candra, sisanya saya gunakan untuk membeli 'handphone' Samsung, keterangan ini bagaimana,” tanya penuntut yang diakui Safri.

Penuntut juga kembali menanyakan apakah hal tersebut perintah langsung Edhy. “Iya, perintah Pak Edhy untuk ditaruh di Widya Candra."Amiril (sekretaris pribadi Edhy kemudian transfer dan sepedanya juga sudah ada di rumah dinas, langsung dikirim ke sana,” kata Safri.

Kronologis perkara

Dalam dakwaan disebut pada 4 Mei 2020, Edhy Prabowo menerbitkan Peraturan Menteri KKP No 12/PERMEN-KP/2020 tentang Pengelolaan Lobster (Panulirus spp), Kepiting (Scylla spp) dan Rajungan (Portunus spp) di wilayah NKRI yang isinya antara lain mengizinkan dilakukannya budidaya dan ekspor BBL. Sebagai turunan dari peraturan menteri terebut, Edhy Prabowo lalu membentu tim uji tuntas (due dilligence) yang diketuai oleh Staf Khusus Menteri KP bernama Andreau Misanta Pribadi dan di dalamnya juga ada Safri sebagai anggota tim.

Selain itu disebutkan Edhy Prabowo membeli bendera perusahaan PT. Aero Citra Kargo (ACK) milik Siswadhi Pranoto Loe melalui Amiril Mukminin selaku Sekretaris Pribadi Edhy Prabowo. Amiril Mukminin lalu mengubah akta perusahaan dengan memasukkan nama Nursan dan Amri yang merupakan teman dekat dan representasi Edhy Prabowo dalam struktur PT ACK.

PT ACK lalu bekerja sama dengan PT Perishable Logistics Indonesia (PLI). PT. PLI menetapkan biaya operasional pengiriman sebesar Rp350 per ekor BBL dan PT. ACK menetapkan biaya sebesar Rp1.450 per ekor BBL sehingga biaya keseluruhan untuk ekspor BBL adalah sebesar Rp1.800 per ekor BBL. Biaya itu diterima PT. ACK dan dibagi seolah-olah dalam bentuk deviden kepada para pemegang saham sesuai dengan prosentase kepemilikan sahamnya yaitu Nursan 41,65 persen, Amri 40,65 persen dan Yudi Surya Atmaja 16,7 persen serta PT. Detrans Interkargo sebanyak 1 persen.

Nursan lalu meninggal dunia sehingga namanya diganti oleh Achmad Bachtiar yang juga selaku representasi Edhy Prabowo. Bagian Finance PT ACK bernama Nini pada periode Juli-November 2020 membagikan uang yang diterima perusahaan-perusahaan eksportir BBL lain kepada pemilik saham PT ACK seolah-olah sebagai deviden yaitu kepada Achmad Bachtian senilai Rp12,312 miliar; kepada Amri senilai Rp12,312 miliar dan Yudi Surya Atmaja sebesar Rp5,047 miliar. Uang dari biaya operasional itu lalu dikelola Amiril Mukminin atas sepengetahuan Edhy Prabowo dan dipergunakan untuk membeli sejumlah barang atas permintaan Edhy Prabowo.

Pada 24 Agustus 2020, Amiril Mukminin atas permintaan Edhy Prabowo meminta Ainul Faqih untuk mengirimkan uang kepada Safri melalui transfer ke rekening BNI atas nama Safri sebesar Rp168,4 juta. Setelah itu Edhy Prabowo memerintahkan Safri membelikan 8 unit sepeda dengan harga sejumlah Rp14,8 juta per unit atau harga keseluruhan sejumlah Rp118,4 juta dengan mempergunakan uang kiriman dari rekening Ainul Faqih. Sedangkan sisa uang sejumlah Rp50 juta dipergunakan Safrai untuk membeli 2 ponsel Samsung dengan type Galaxy Note 20 dan Samsung Flip Z.

Tags:

Berita Terkait