Kerja Fleksibel, Kerja Lebih Baik?
Kolom

Kerja Fleksibel, Kerja Lebih Baik?

Untuk menentukan apakah akan tetap kerja fleksibel atau kembali ke kantor, kantor hukum harus mempertimbangkan berbagai aspek dengan hati-hati.

Bacaan 4 Menit

Dalam konteks ini, menurut saya pilihannya jelas. Flexible working juaranya. Akan sangat sulit dipahami, kalau kantor hukum yang dari model kerjanya memungkinkan proses untuk bekerja fleksibel, tidak mempertimbangkan untuk tetap menjalankannya atau setidaknya memberikan pilihan itu.

Tentu ada juga risiko negatif dari pengaturan kerja fleksibel. Yang paling menantang, adalah bagaimana mempertahankan kultur positif kantor jika tim kita tidak cukup mengenal satu sama lain. Memang dahulu kita tidak menganggap hal-hal kecil yang kita lakukan di kantor seperti makan siang bersama, berhenti untuk ngobrol atau saling curhat saat berpapasan di selasar kantor, punya manfaat yang besar. Padahal interaksi di kantor, jika dilakukan dengan tepat, dapat memiliki kontribusi besar untuk membangun kohesi dan membentuk kultur yang positif.

Hal lain yang tidak kalah penting adalah training untuk advokat junior dan baru masuk. Profesi advokat secara tradisional adalah profesi yang mengandalkan apprenticeship. Yang junior belajar dengan melihat cara kerja yang lebih senior. Dengan kerja fleksibel, apakah pengalaman seperti ini tetap bisa didapat? Ataukah generasi advokat baru akan kehilangan pengalaman ini dan oleh karenanya gagal menjadi advokat yang baik.

Ini memang masalah yang riil. Kebersamaan dan pengembangan kultur positif kantor amat sangat penting. Proses pembelajaran untuk yang lebih junior juga tidak boleh dikompromikan.

Namun pertanyaan penting yang kita harus ajukan adalah apakah untuk membentuk kultur positif dan melatih junior kita hanya bisa ditempuh dengan berada di kantor secara 100%? Saya tahu banyak kantor yang melakukan kebijakan bekerja di kantor secara penuh tapi tidak berhasil mengembangkan kultur positif dan juga gagal dalam memberikan training yang baik kepada juniornya. Kenapa bisa terjadi? Karena kantor tersebut tidak memprioritaskan kedua hal ini.

Untuk bisa mencapai tujuan di atas dengan flexible working, jelas lebih tidak mudah. Akan tetapi jika niat sungguh-sungguh untuk mencapai ada, pasti bisa tercapai. Misalnya, dengan membuat dan melaksanakan program yang jelas serta terarah demi tercapainya tujuan.

Sebenarnya, kita sudah sering merasakan berbagai bentuk kegiatan kantor yang membuat tim kita lebih erat. Misalnya setelah acara outing kantor, saya sering dengar komentar bahwa hubungan dengan rekan kerja menjadi lebih dekat berkat acara tersebut. Ini bukti bahwa dengan program yang bagus dan terarah, tujuan keakraban dan lainnya bisa dicapai, tanpa perlu bertemu setiap hari.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait