Laporan ABA: Remote Working Lebih Penting bagi Advokat Muda
Utama

Laporan ABA: Remote Working Lebih Penting bagi Advokat Muda

Di Indonesia, jika didukung dengan teknologi yang tepat, kerja jarak jauh bagi advokat bukan hanya sebatas efektif, tapi juga efisien dan harus tetap disertakan dengan komunikasi yang baik.

Oleh:
Ferinda K Fachri
Bacaan 3 Menit
Salah satu penulis '2022 Practice Forward Report'. Roberta Liebenberg. Foto: abajournal.com
Salah satu penulis '2022 Practice Forward Report'. Roberta Liebenberg. Foto: abajournal.com

Sejak tahun 2019 silam, dunia digemparkan munculnya virus corona di kota Wuhan, China. Perlahan, virus tersebut menyebar ke berbagai pelosok belahan dunia. Tanpa terkecuali Indonesia, hingga membuat Presiden mengeluarkan Keputusan Presiden RI No.12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non-Alam Penyebaran CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) sebagai Bencana Nasional. Sebagai implikasi dari pandemi Covid-19, pada tahun 2020 berbagai kegiatan masyarakat untuk dapat berkumpul dan berinteraksi secara langsung menjadi terbatas.

Hal ini berakibat keberlangsungan penyelenggaraan pelayanan dan pekerjaan dari kantor hukum menjadi jarak jauh. Mau tidak mau, rangkaian pertemuan dan penuntasan pekerjaan dilakukan secara online. Kini, setelah dua tahun lebih berlalu, akhirnya dunia mulai memasuki fase new normal. Bermacam aktivitas mulai kembali diselenggarakan langsung (offline). Akan tetapi, setelah 2 tahun ‘terbiasa’ menerapkan mekanisme bekerja jarak jauh atau online,lantas apakah mekanisme offline masih cocok untuk kembali diterapkan?

Menjawab hal itu, American Bar Association (ABA) merilis laporan berjudul 'Where Does The Legal Profession Go From Here?'. Sebagaimana mengutip ABA Journal, laporan ini merupakan hasil pengolahan data dari hampir 2.000 anggota ABA yang mengikuti survei sepanjang bulan Mei-Juni 2022. Dalam konklusinya menunjukkan advokat muda memiliki kecenderungan kuat terhadap pekerjaan jarak jauh (remote work). Setidaknya 44% memilih untuk meningalkan pekerjaannya demi peluang yang lebih baik untuk bekerja jarak jauh di tempat lain.

“Survei ini untuk melihat bagaimana hal-hal berubah selama 2 tahun terakhir ini dalam hal bagaimana advokat berpraktik, bagaimana kami pikir mereka akan terus berpraktik sementara orang berpikir Covid-19 sudah berakhir. Data kami menunjukkan telah ada perubahan nyata dalam hal bagaimana advokat ingin bekerja di masa depan,” ujar salah satu penulis "2022 Practice Forward Report" itu, Roberta Liebenberg, kepada ABA Journal, Rabu (28/9/2022) lalu.

Baca Juga:

Ia menjelaskan berdasarkan laporan ABA, mayoritas advokat (di Amerika) masih bekerja dengan mekanisme remote working. Terdapat 87% advokat menyatakan kantor hukumnya memungkinkan mereka bekerja jarak jauh. Dengan hampir dua pertiga advokat pada praktik swasta bisa bekerja jarak jauh 100% setiap saat atau memiliki fleksibilitas memilih jadwal mereka sendiri. Sedangkan 23% diharuskan bekerja di kantor satu hingga tiga hari seminggu.

“Anda masih melihat keinginan yang sangat kuat untuk bekerja remote, dan saya pikir itu didukung oleh titik data lain. Mayoritas advokat melaporkan bahwa kerja jarak jauh tidak berdampak buruk pada kualitas pekerjaan, produktivitas, atau jam kerja mereka. Ini terutama berlaku untuk advokat wanita, 56% diantaranya melaporkan bahwa pekerjaan jarak jauh sebenarnya meningkatkan kemampuan mereka untuk menyeimbangkan pekerjaan dan kewajiban keluarga,” jelas Senior Partner Fine, Kaplan and Black di Philadelphia itu.

Tags:

Berita Terkait