Masa Transisi, Pertamina Pastikan Stabilitas Produksi Blok Mahakam
Berita

Masa Transisi, Pertamina Pastikan Stabilitas Produksi Blok Mahakam

Pemerintah optimis, Pertamina akan konsisten dengan komitennya mengambil alih seluruh pekerja.

KAR
Bacaan 2 Menit
Menteri ESDM, Sudirman Said (kiri). Foto: www.esdm.go.id
Menteri ESDM, Sudirman Said (kiri). Foto: www.esdm.go.id
Masa transisi pengelolaan Blok Mahakam akan segera dimulai. Dalam masa ini, salah satu isu krusial adalah mengenai nasib para pekerja di blok migas besar itu. Saat ini, ada hampir dua ribu pekerja permanen ditambah lebih dari 1.500 pekerja kontrak dan hampir 100 orang ekspatriat.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said, mengklaim sudah mendapat informasi bahwa dalam masa transisi ini PT Pertamina (Persero) membuat komitmen. Ia mengatakan, sejauh yang ia ketahui, Pertamina akan mengambil semua pekerja di Blok Mahakam. Kemudian, Pertamina juga akan menjaga remunerasi tingkat kompensasi. Hal ini agar tidak ada karyawan yang memilih keluar.

“Ini untuk menjaga kelangsungan produksi migas. Itu penting sekali,” ujar Sudirman, sebagaimana dikutip dari laman Direktorat Jenderal Migas ESDM, Kamis (2/4).

Lebih lanjut ia mengungkapkan,  pengalaman pengalihan operator di Blok ONWJ pun Pertamina konsisten dengan komitemen terhadap para pekerja. Ia menuturkan, dalam pengalihan blok migas itu, yang beralih hanya kepemilikannya semata. Sementara untuk kegiatan operasi, tetap dikelola oleh orang-orang yang sama.

“Saya kira Pertamina telah menyampaikan komitmen itu kepada Total dan Inpex dan kalau melihat gesture Total dan Inpex, mereka juga ingin menjaga transisi karena saya yakin mereka juga harus menjaga reputasi. Jadi mereka tidak mungkin pergi begitu saja tanpa menjaga kelangsungan asetnya,” tambah Sudirman.

Penjagaan keberlangsungan produksi selama masa transisi juga disoroti oleh Anggota Dewan Energi Nasional, Andang Bachtiar. Dirinya berharap agar stabilitas produksi dan investasi di Blok Mahakam tetap terjaga menjelang akuisisi oleh Pertamina. Menurutnya, hal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pertamina.

Ia menjelaskan, pemerintah tidak bisa melakukan intervensi kepada kontraktor. Termasuk, dalam menjaga stabilitas investasi dan keberlanjutan produksi pada masa akhir kontrak sekalipun. Pasalnya, hal ini sudah diatur dalam kontrak karya blok migas tersebut.

Lebih lanjut Andang menyatakan sesuai dengan kontrak, tidak ada klausul yang memungkinkan pemerintah untuk intervensi. Ia menuturkan, hal itu juga tetap berlaku meski pada masa akhir kontrak. Dengan demikian, pemerintah tak bisa memastikan kontraktor yang bersangkutan tetap mau investasi untuk tidak membuat produksi drop.

Kontrak tersebut, lanjut dia, dikhawatirkan menjadi alasan yang kuat bagi kontraktor untuk tidak berinvestasi atau mengurangi investasi produksi minyak saat masa akhir kontrak yang dijadwalkan pada akhir 2017. Padahal dengan produksi 1,2 juta cf per hari, begitu tidak ada investasi akan drop. Selain itu, jika produksi ingin dinaikan maka dibutuhkan waktu 5-8 tahun.

“Ke depan kontrak harus direvisi mengingat hampir semua kontrak migas di Tanah Air yang berjumlah belasan yang segera berakhir tidak menyebutkan pemerintah bisa intervensi untuk menjamin keberlanjutan produksi pada masa akhir kontrak,” tandasnya.

Sebelumnya Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto, memastikan tidak ada produksi atau terjadi penurunan produksi di Blok Mahakam. Hanya saja, ia  mengatakan bahwa untuk merealisasikan hal itu pihaknya memerlukan investasi. Menurut Dwi, tak tertutup kemungkinan investasi berasal dari kerja sama dengan pihak lain.

"Ini perlu didalami seberapa besar Pertamina mengelola sendiri atau harus bermitra dengan pihak lain. Pertamina menyambut baik untuk kerja sama," katanya.

Ia juga menuturkan bahwa pihaknya senantiasa berada dalam pengawasan banyak pihak terkait dengan kestabilan produksi. Salah satunya adalah pemeirntah yang selalu mengingatkan untuk menjaga kestabilan produksi saat perpindahan operator. Oleh karena itu, Dwi menyatakan pihaknya siap bekerja keras agar tidak terjadi penurunan produksi yang tajam.

“Saya hanya optimis, hanya yakin bahwa yang namanya bisnis harus dikelola secara rasional. Produksi tidak boleh turun dan pengasilan negara tidak berkurang,” tambahnya.
Tags:

Berita Terkait