Pahami Perbedaan Linguistik Hukum dan Linguistik Forensik - Bagian 1
Terbaru

Pahami Perbedaan Linguistik Hukum dan Linguistik Forensik - Bagian 1

Istilah linguistik forensik pertama kali digunakan pada tahun 1968 di Inggris.

Normand Edwin Elnizar
Bacaan 4 Menit

Frans, Endang, dan Mahsun menyatakan linguistik forensik sebagai kajian linguistik terapan. Maksudnya, linguistik terapan sebagai pendekatan interdisipliner dalam memahami masalah bahasa di dunia nyata. Caranya dengan analisis ilmu bahasa serta disiplin ilmu lain yang relevan. “Linguistik forensik dapat didefinisikan sebagai kajian ilmiah atas bahasa untuk memecahkan persoalan forensik,” kata Mahsun.

Awal Kehadiran Linguistik Forensik

Frans menjelaskan eksistensi linguistik forensik di dunia dimulai dari telaah kritis seorang ahli bahasa dalam sebuah kasus pembunuhan. Ahli bahasa itu berhasil memulihkan nama baik terdakwa yang telah salah dihukum.

Ketua KFLI, Susanto menguraikan dalam artikel jurnal karyanya berjudul “Dimensi Analisis Bahasa dalam Linguistik Forensik” bahwa penerapan ilmu linguistik di bidang hukum terus berkembang. Susanto menjelaskan kasus yang disebut Frans itu sebagai awal istilah linguistik forensik pertama kali digunakan pada tahun 1968 di Inggris.

“Istilah tersebut dipakai dalam laporan hasil kerja seorang ahli bahasa yang bernama Jan Startvik dalam sebuah kasus pembunuhan,” kata Susanto. Kasus pembunuhan tersebut terjadi tahun 1949 dan Timothy John Evans, sebagai terdakwa, dihukum gantung tahun 1950. Korban pembunuhan dalam kasus itu adalah Beryl Susan Evans, istri Timothy John Evans sendiri, dan Geraldine, bayi perempuan mereka yang masih berumur 14 bulan.

Startvik menganalisis empat dokumen pernyataan tertulis Evans untuk polisi yang diyakini berisi pengakuan bersalah. Hasil analisis yang dilakukan Startvik menunjukkan bahwa kalimat-kalimat pernyataan tertulis Evans itu tidak semuanya berasal dari dirinya. Hasil temuan Svartvik tersebut lalu diajukan untuk penyelidikan publik dan akhirnya Evans secara anumerta dinyatakan tidak bersalah.

Bidang Kajian

Frans mengatakan tidak semua kasus memerlukan bantuan ahli linguistik forensik. “Ada kasus tertentu hakim memerlukan keterangan ahli bahasa agar suatu kasus lebih mudah dipahami. Paling umum kasus pencemaran nama baik, tetapi bisa juga berkaitan penafsiran undang-undang,” kata dia.

“Selain dimanfaatkan untuk membantu penyelesaian kasus hukum, linguistik forensik juga digunakan dalam upaya kontra-terorisme dan intelijen, misalnya dalam melakukan identifikasi dan verifikasi data suara yang disadap,” kata Susanto. Ia menjelaskan ada tiga bidang kajian linguistik forensik seperti dalam gambar di bawah ini.

Tags:

Berita Terkait