Indonesia memiliki ribuan cagar budaya bersejarah yang harus dilindungi demi kelestarian kebudayaan. Pemerintah mengeluarkan hukum kepemilikan atas penemuan aset cagar budaya yang tertuang dalam UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya yang menggantikan UU No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hukum dalam masyarakat.
Adanya UU ini bukan tanpa tujuan, yaitu untuk melestarikan cagar budaya dan membuat negara bertanggung jawab dalam hal perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan cagar budaya.
Baru-baru ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan akan membatasi pengunjung dan menaikkan tarif kunjungan Candi Borobudur yang merupakan salah satu cagar budaya Indonesia.
Baca Juga:
- Emosi dan Memukul Pengendara Lain di Jalan, Ini Sanksinya!
- Aturan Hukum Mengubah Warna Kendaraan Agar Tidak di Tilang
- Mengenal Kode Plat Khusus ‘RFS’ Milik Pejabat dan Masyarakat Umum
Pembatasan kunjungan wisatawan dan menaikkan tarif ini menjadikan Candi Borobudur sebagai wisata premium yang berfungsi untuk lebih menghargai Candi Borobudur sebagai Cagar Budaya yang menjadi warisan dunia dan menunjukkan kualitas Candi Borobudur serta upaya menjaga dan melestarikan Candi Borobudur.
Sejak ditemukan pada tahun 1814, Candi Borobudur telah mengalami berkali-kali penyelamatan baik skala kecil maupun pemugaran. Pemugaran Candi Borobudur tercatat pernah dilakukan pada tahun 1973-1983 yang melibatkan Pemerintah dengan UNESCO.
Upaya pemerintah dalam pelestarian dan perlindungan kawasan Candi Borobudur ditunjukkan dengan mengeluarkan Kepres No. 1 Tahun 1992 tentang Pengelolaan Taman Wisata Candi Borobudur dan Candi Prambanan serta Pengendalian Lingkungan Kawasannya.