Matahari sudah tinggi. Teriknya menyisir halaman kantor hakim-hakim bertoga. Ada suasana agak berbeda kala itu. Sekumpulan orang tampak bergerombol memenuhi satu ruangan hanya untuk mendengar Hakim Yang Mulia “bercerita”.
TOK! TOK! TOK!
Palu hakim sudah bergema tiga kali, disambut dengan suara riuh rendah pengunjung yang menonton drama bertajuk “Lord” siang itu. Puluhan mata kamera tajam menangkap dua sosok anak manusia yang tengah bersukacita. Delapan bulan sudah keduanya duduk di kursi pesakitan, berjuang memburu keadilan. Akhirnya Hakim Yang Mulia pun menutup lakon dengan cara yang terhormat.
Putusan bebas yang dilafalkan Hakim Yang Mulia kepada dua aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) itu disambut dengan gegap gempita oleh khalayak ramai. Tangis bahagia pun pecah dari salah satu terdakwa, Fatia Maulidiyanti. Wajahnya memerah, ada air mengalir di balik kacamata bergagang coklat yang menggantung kokoh di hidungnya. Sembari terbata-bata, Fatia mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada tim kuasa hukum, media dan juga publik yang selama ini sudah mendukungnya.
“Putusan ini bukanlah sebuah akhir dari perjalanan demokrasi, ini membutuhkan konsistensi,” ucap Fatia terisak.
Baca Juga:
- Dakwaan Jaksa Tak Terbukti, Haris-Fatia Divonis Bebas
- Hakim Perkara Haris-Fatia: Kata Lord Bukan Menggambarkan Kondisi Buruk, Jelek, atau Hinaan
Meski tak ada air mata, potret haru dan bersemangat tergambar dari wajah Haris Azhar. Kepada Hukumonline, Haris menyampaikan bahwa putusan hakim berada di luar dugaannya. Dirinya sadar, dia tengah berseteru bukan dengan sembarang orang.
“Oh enggak. Justru saya prediksi pasti kena (pidana). Karena yang saya hadapi itu siapa,” begitu pengakuan Haris kepada Hukumonline.