Mencapai Posisi Puncak sebagai In-House Lawyer
Kolom

Mencapai Posisi Puncak sebagai In-House Lawyer

Enam kiat untuk menjadi in-house lawyer yang memberikan added value bagi perusahaan.

Bacaan 5 Menit

Ibarat pelari yang melakukan Research medan dan meneliti kemampuan fisiknya sendiri, hal yang sama harus dilakukan sebelum membuat keputusan atau rekomendasi hukum. Pastikan analisis sudah mendalam, serta koordinasi dengan para pemangku kepentingan telah dilakukan. Inilah Analyse. Jika pelari berlatih fisik, in-house lawyer yang memberikan added value harus rajin mengasah pengetahuan tidak hanya bidang hukum, tapi juga bisnis dan keuangan. Tidak perlu menjadi ahlinya, cukup memahaminya dengan baik. Fear is a challenge!

Sebelum mulai berlari, pastikan telah siap. Prepare! Semua pelari memastikan memakai sports gear yang tepat, stretching, dan warming-up. Hal yang sama harus dilakukan dalam Action anda.

Hambatan Action terjadi ketika ego berdiskusi yang bisa menjerumuskan ke debat kusir. Cegah ini dengan membuat batasan dan pastikan diskusi adalah untuk persuasion atau research. Jangan sampai Action tertunda dan kehilangan esensi.

Priority Setting

Pekerjaan tidak ada habisnya dan semuanya urgen. Di sini priority setting berperan dalam mengelola sense of urgency. Gunakanlah empat kuadran Time-Management-Matrix. Kuadran pertama adalah urgent & important alias krisis, kedua adalah important but not urgent, ketiga adalah not important but urgent, lalu yang terakhir kuadran not important & not urgent. Mulailah dengan mengurangi kuadran empat lalu optimalkan kuadran dua agar anda menjadi efektif dan produktif. Jika ini anda terapkan, otomatis kuadran tiga akan terkendali. Kalau terjadi kuadran satu alias krisis, anda akan siap. 

Team Player

Bayangkan tim sepak bola yang satu pemainnya tidak optimal, maka lainnya akan terengah-engah mengimbangi lawan dan terjerembab kalah. Kalaupun menang, ada kekecewaan, saling menyalahkan,dan demotivasi. Bisa ada yang hengkang hingga prestasi tim ambruk.

Sama dengan perusahaan. Divis lain adalah tim anda juga. In-house lawyer tidak bisa diam saja saat tim bisnis memutar otak dengan masalah revenue atau product launching. Harus proaktif sesuai peran. Bukan mengambil alih tugas divisi lain, tapi jalankan peran dengan optimal. Ibarat pemain bola yang optimal sesuai posisinya, apakah striker, wing-forward atau center. Action dan Can Do Attitude!

Pertandingan bola selalu direkam sehingga akan terlihat pemain yang aktif atau apatis. Hal yang sama sebagai in-house lawyer. People are watching! Semua direkam seperti video, lalu dijadikan rujukan menilai kadar added value bagi perusahaan.

Begitulah enam kiat dari perjalanan karier saya. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

*)Reza Topobroto, Praktisi Hukum dengan pengalaman lebih 25 tahun sebagai lawyer praktek dan in-house counsel, saat ini menjabat sebagai General Counsel / VP Legal & Compliance Telkomsigma.

Artikel Kolom ini adalah tulisan pribadi Penulis, isinya tidak mewakili pandangan Redaksi Hukumonline.

Tags:

Berita Terkait