Ujian Pengacara di Amerika Bisa Bikin Jantungan
Fokus

Ujian Pengacara di Amerika Bisa Bikin Jantungan

Kalau kita membaca novel tentang hukum, seperti novel-novel John Grisham, bar exam atau ujian pengacara selalu digambarkan sebagai momok yang sangat menakutkan. Ujian itu digambarkan bisa membuat calon pesertanya menderita stres selama berbulan-bulan. Bahkan, ada peserta yang sakit jantungan dibiarkan saja.

Nay/APr
Bacaan 2 Menit

Pukul 12.15 ujian berakhir untuk dilanjutkan dengan sesi berikutnya setelah istirahat makan siang. Tes dilanjutkan lagi pada pukul 13.30 sampai selesai. Hari kedua, dengan dua ratus pertanyaan pilihan ganda, perhitungan waktu menjadi sangat penting. 

Shuster mengalokasikan waktu 1,8 menit untuk tiap pertanyaan. Ia mentargetkan harus mencapai nomor 17 pada pukul 09.30, nomor 30 pada pukul 10.00 dan seterusnya. Karena itu, ia menghapus kemungkinan pergi ke toilet karena waktu untuk ke toilet memakan waktu lima menit pulang pergi. Bahkan, ada kabar bahwa seorang peserta pria mengenakan popok. Seorang peserta malah tertidur karena kelelahan ketika tengah menjawab soal.

Setelah istirahat makan siang, tes kembali dilakukan dan akhirnya tes yang berlangsung selama 12 jam lima belas menit itu berakhir pada pukul 16.30. Namun, hal itu tidak berarti peserta ujian dapat bernapas lega. Pasalnya hasil ujian baru akan diumumkan empat bulan kemudian.

Belajar mati-matian

Selain laporan Burnett, ada pula tulisan Mitch Artman di law.com mengenai bar exam di Illinois. Menurut Artman, biaya mengikuti Bar exam sendiri sebesar AS$800, tidak termasuk aspirin. Belum lagi biaya jika mengikuti kursus seperti kursus BAR/BRI yang biayanya sebesar AS$1.600.

Simon seorang peserta menyatakan bahwa bulan-bulan menjelang ujian ia merasa terasing dari kehidupan normal. "Tidak ada teman saya yang belajar hukum, sehingga mereka tidak bisa mengerti mengapa saya ketakutan. Ibu saya menelpon dan berkata, 'Kamu terlalu khawatir, kamu telah belajar siang malam setiap hari lebih dari sebulan, bagaimana mungkin bisa gagal."

Simon bercerita ketika ia tengah mengerjakan ujian, alarm kebakaran berbunyi dan tidak ada seorang pun yang yang mempercayaianya. Sebelum ujian, petugas telah menyatakan bahwa mereka tidak akan memberi waktu lebih tidak peduli apapun yang terjadi.

"Ketika saya mendengar alarm, saya lihat tinggal dua pertanyaan yang tersisa. Saya berfikir apakah saya bisa menyelesaikan dua nomor tersebut sebelum api mulai merambat ke ruangan kami," ungkapnya. Simon mengatakan bahwa ia akhirnya dapat  menyelesaikan soal sampai panitia menyuruh mereka keluar ruangan. Alarm tersebut ternyata palsu, tidak ada kebakaran, dan akhirnya panitia memberi waktu ekstra.

Tags: