Ujian Pengacara di Amerika Bisa Bikin Jantungan
Fokus

Ujian Pengacara di Amerika Bisa Bikin Jantungan

Kalau kita membaca novel tentang hukum, seperti novel-novel John Grisham, bar exam atau ujian pengacara selalu digambarkan sebagai momok yang sangat menakutkan. Ujian itu digambarkan bisa membuat calon pesertanya menderita stres selama berbulan-bulan. Bahkan, ada peserta yang sakit jantungan dibiarkan saja.

Nay/APr
Bacaan 2 Menit

Terri, merupakan peserta tes yang mengulang karena sebelumnya tidak lulus. Terry yang bekerja di sebuah law firm kecil mengatakan bahwa pada saat ia menempuh ujiannya yang pertama, bosnya hanya memberi waktu libur selama tiga minggu. "Ia mengatakan bahwa ia dahulu hanya butuh tiga minggu untuk lulus. Jadi ia memberi waktu saya tiga minggu," ujar Terri. 

"Saya tidak lulus dan kali ini  si brengsek itu hendak memberi waktu tiga minggu lagi. Tapi saya mengancam akan berhenti bekerja jika tidak diberi waktu enam minggu untuk mempersiapkan diri," cetusnya lagi.

Namun, Terri mengaku kadang bossnya bersikap baik dan penuh toleransi. "Surat yang menyatakan saya gagal lulus ujian dikirim dalam amplop berwarna putih dengan pinggiran berwarna hijau. Kantor saya menggunakan amplop yang sama persis," ceritanya.

"Setelah tidak lulus, saya katakan pada bos saya bahwa terlalu traumatis bagi saya untuk menggunakan amplop seperti itu. Akhirnya, ia memesankan amplop coklat untuk saya," tutur Terry.

Serangan jantung

Dari profesornya di Law School, Terry mendapat cerita yang sangat dramatis. Alkisah pada suatu bar exam di California, saat tes tengah berlangsung salah seorang peserta mengalami serangan jantung. Dan tidak ada seseorang pun yang melakukan sesuatu. Akhirnya, seorang peserta tes yang kebetulan seorang pemadam kebakaran membantu pria itu. "Mereka tidak menyetop tes dan mereka juga tidak memberi tambahan waktu bagi si pemadam kebakaran," ujar Terry.

Jika benar laporan pandangan mata ujian pengacara di Amerika sesulit, seheboh, dan sedramatis itu, tentu bisa membuat miris calon peserta ujian pengacara. Bagaimana dengan ujian pengacara praktek di Indonesia?

Ujian praktek pengacara di Indonesia tentu tidak seseram dan tidak akan membuat pesertanya stres dan jantungan. Apalagi  ujiannya hanya sehari dan kebanyakan pilihan berganda. Para calon peserta ujian pun agaknya tidak begitu mati-matian menghadapi ujian.

Doni, sebut saja begitu, salah seorang calon peserta ujian, kepada hukumonline mengaku bahwa seminggu belakangan ini, setiap pulang kerja ia telah belajar untuk menghadap ujian. Dengan sisa tenaga setelah bekerja seharian, Doni berusaha semampunya untuk membaca buku-buku kuliahnya dulu. "Ya, sering ketiduran. Padahal bukunya belum sempat dibaca," akunya terus terang.

Namun Tono, salah satu calon peserta lain, mengaku malah belum belajar apapun. "Toh masih ada hari Sabtu dan Minggu besok untuk belajar," kilahnya (12/4). Bahkan Budi, bukan nama sebenarnya, malah balik bertanya, "memangnya sekarang sudah tidak bisa bayar lagi untuk bisa lulus?"

Budi mengaku mendapat tawaran dari "calo" untuk membayar sejumlah uang agar bisa lulus. "Dulu kata atasan saya di kantor, kita tinggal bayar dan pasti lulus. Malah kantor saya punya anggaran khusus untuk membayari  biaya itu," ujarnya.

Ujian pengacara di Jakarta dan New York memang seperti membandingkan langit dan bumi. Peserta ujian pengacara di New York bisa sampai lupa waktu dan stres berkepanjangan. Sementara banyak calon peserta ujian pengacara di Jakarta  yang berharap lulus dengan ongkang-ongkang kaki dan kalau bisa main sogok. Kalau asal main sogok, kelak jadi pengacara juga bisa menghalalkan segala cara.

 

Tags: