Komnas HAM telah membentuk tim pemantauan dan monitoring guna menelusuri tragedi di stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur yang menelan ratusan korban, Sabtu (1/10/2022) lalu. Tim yang dipimpin Komisioner Komnas HAM, Mohammad Choirul Anam itu tiba di Malang Senin (3/10/2022) dan telah menemui sejumlah pihak, seperti organisasi penggemar klub sepakbola Arema (Aremania), manajemen, dan pemain Arema.
Sampai Rabu (5/10/2022), Anam menyebut sedikitnya ada 4 catatan dari hasil pemantauan dan monitoring yang dilakukan. Pertama, jumlah korban tewas diyakini jumlahnya bertambah karena ada yang tidak tercatat atau dibawa pulang anggota keluarga. Kondisi jenazah korban sangat memprihatinkan, banyak yang mukanya membiru, matanya merah, dan mengeluarkan busa.
“Ini menunjukan kemungkinan besar korban tewas karena kekurangan oksigen,” kata Mohammad Choirul Anam dalam rekaman video yang diunggah di kanal Youtube Humas Komnas HAM, Rabu (5/10/2022).
Baca Juga:
- Aturan Penggunaan Gas Air Mata oleh Kepolisian
- YLBHI: Aturan FIFA Melarang Penggunaan Gas Air Mata di Stadion
Ada juga korban yang mengalami patah bagian kaki dan rahang serta memar. Korban luka akibat gas air mata, ada yang matanya merah dan dadanya sangat sesak, dan tenggorokan perih. Pengelihatannya mulai pulih 2 hari setelah peristiwa.
Kedua, Anam menyebut di awal setelah kejadian ada narasi yang intinya mengarahkan kericuhan dan kekerasan terjadi ketika suporter masuk ke lapangan. Kemudian dikatakan suporter menyerang pemain. Setelah dikonfirmasi kepada para pemain Arema, termasuk yang terakhir meninggalkan lapangan, menuturkan tidak ada yang diserang suporter. Hal tersebut juga dikatakan oleh Aremania dimana tujuan suporter masuk lapangan untuk memberi semangat kepada pemain bahwa ini “Satu Jiwa, Ayo Arema Jangan Menyerah.”
Bahkan ada pemain Arema yang menunjukan video saling berpelukan dengan suporter dan menyebut ‘kami satu jiwa.’ Anam juga tidak menemukan ada pemain yang terluka akibat diserang suporter.