Cerita Strategi ’Makelar Mobil’ Memergoki Hakim Nakal
LIPUTAN KHUSUS

Cerita Strategi ’Makelar Mobil’ Memergoki Hakim Nakal

Beragam strategi dilakoni guna memenuhi tugas pengawasan. Mulai dari menyamar hingga ngemper di teras rumah pelapor.

Oleh:
Tim Hukumonline
Bacaan 2 Menit
Mahkamah Agung (MA) terbitkan aturan tentang sertifikasi hakim lingkungan. Foto: SGP
Mahkamah Agung (MA) terbitkan aturan tentang sertifikasi hakim lingkungan. Foto: SGP
Bisa jadi semua orang tahu tugas hakim sangat mulia, karena perkara yang diputusnya dinanti pencari keadilan. Pentingnya peran hakim itu tergambar dari istilah yang kerap menyebut hakim sebagai wakil Tuhan di Bumi. Ternyata, perilaku wakil Tuhan itu perlu diawasi oleh lembaga yang menaunginya. Dalam hal ini, hakim dan petugas peradilan berada dalam pengawasan Mahkamah Agung (MA) dan Komisi Yudisial (KY).
Dalam menjalankan peran itu MA menunjuk pejabat khusus yaitu Ketua Muda Bidang Pengawasan di tahun 2001. Kemudian membentuk Badan Pengawasan pada 2005. Tugas pengawasan yang dijalankan pun tidak mudah, perlu upaya yang keras dan cara yang cerdik. Itulah yang dirasakan mantan Ketua Muda MA bidang Pengawasan yuang kini menjabat sebagai Ketua MA, Hatta Ali.
Sekamir 2009, Hatta mendapat laporan yang menyebut Ketua sebuah pengadilan di daerah Kalimantan Selatan meminta sebuah mobil pada salah satu pihak yang berperkara. Dalam laporannya itu si pelapor mengaku telah memberikan satu unit mobil sedan bekas -sebelumnya hukumonline.com pernah memberitakan MA Akan Pecat Mantan Ketua PN Banjarmasin.
Sialnya, kabar soal kasus hakim tersebut sudah tersebar di masyarakat. Hatta menduga ada media yang memberitakan. Selaku pejabat MA yang mengurusi bidang pengawasan, ia merespon serius. “Jika tidak direspon cepat, semakin lama waktu diulur nanti barang bukti susah dicari. Makanya saat itu kami berkejaran dengan waktu,” katanya mengisahkan kembali pengalamannya itu kepada hukumonline di Jakarta, awal Agustus lalu.
Seperti biasanya, Hatta rutin membaca berita di media, termasuk surat kabar. Setelah membaca berita dan pada hari yang sama menerima laporan tersebut, bergegas dia langsung menghubungi Ketua Badan Pengawasan (Bawas) MA periode 2008-2013, H.M Syarifuddin. (Baca juga: Mandi Keringat di Badan Segala Urusan)
Ketika itu Syarifuddin menjalankan tugas di Makassar, Sulawesi Selatan, tapi Hatta tetap memintanya kembali ke Jakarta. Menurut Hatta kasus itu perlu respon cepat, harus diatur siasat yang tepat. Malam itu juga, Syarifuddin berangkat ke Jakarta, ketika sampai dia langsung menggelar rapat dengan Hatta untuk mengatur strategi investigasi.
Syarifuddin membenarkan cerita itu. Saat ditelpon Hatta, dia baru saja tiba di Makassar untuk melakukan sosialisasi. Untungnya, malam itu dia bisa dapat tiket pesawat menuju Jakarta. “Sesampainya di Jakarta, malam hari itu juga saya langsung ke kantor untuk rapat, mengatur siasat dan strategi,” ujarnya.
Tags:

Berita Terkait