Menjadi Manajer Hukum Bukan Sekadar Sebuah Titel
Kolom

Menjadi Manajer Hukum Bukan Sekadar Sebuah Titel

Dengan kinerja yang baik dan integritas yang tinggi, anggota tim kita tentunya akan menjadi aset perusahaan. Dan inilah pencapaian tertinggi seorang Manajer.

Bacaan 8 Menit
Indri Khrisnavari. Foto: Istimewa
Indri Khrisnavari. Foto: Istimewa

Dalam dunia korporat, para profesional bekerja dengan harapan atau ambisi untuk dapat menduduki jabatan tinggi dengan cara terus membangun jenjang karir atau dengan cara lain termasuk melalui koneksi. Ada yang puas dengan jabatan biasa, namun mampu menjadi panutan dan pemimpin bagi rekan-rekannya. Ada juga yang menduduki jabatan tinggi berdasarkan kompetensinya. Dan ada juga yang tidak memiliki kompetensi untuk menduduki jabatan tinggi, tetapi jabatan itu diberikan karena koneksinya.

Apapun alasannya, profesional cenderung lupa bahwa ketika mereka berada di posisi manajerial, mereka melupakan tugas mereka yang sebenarnya sebagai seorang Manajer yang juga harus mampu menjalankan fungsi sumber daya manusia dengan menjadikan dirinya sebagai mentor atau pembimbing bagi timnya, sehingga timnya dapat mengembangkan kompetensi, kemampuan dan keterampilannya, tidak hanya untuk membantu menyelesaikan tugasnya tetapi juga akan membantu dalam perjalanan karirnya. Selain itu, seorang Manajer juga harus berfungsi sebagai pemimpin bagi timnya, meluangkan waktu untuk memperhatikan kesejahteraan anggota timnya dalam bekerja, memastikan bahwa mereka bekerja dalam lingkungan kerja yang sehat, produktif, dan kondusif, serta tidak segan-segan memberi penghargaan kepada anggota timnya untuk keberhasilan mereka dalam mencapai target departemen.

Setiap Manajer tidak boleh menyalahgunakan kekuasaan atas bawahannya. Kekuasaan ini harus digunakan sebagai kekuatan untuk memberdayakan anggota timnya, sehingga mereka dapat tampil dan bekerja secara mandiri, memberikan rasa tanggung jawab dan meningkatkan motivasi dan produktivitas.

Kita dapat menganalogikan tugas seorang Manajer sama dengan tugas orang tua yang peduli membimbing, melindungi, dan memegang tangan kita saat kita belajar berjalan. Mereka tahu kapan harus memegang tangan kita dan kapan harus melepaskan begitu kita mampu berdiri di atas kaki kita sendiri untuk melangkah lebih jauh dalam hidup. Kekuatan dan kepercayaan yang diberikan orang tua memotivasi kita untuk lebih percaya diri saat berjalan sendirian. Untuk memastikan kita berjalan dengan baik dan tidak jatuh, mereka akan terus mendukung dan mengawasi kita. Dan ketika kita jatuh, mereka tidak segan-segan membantu kita untuk bangkit kembali dan mendorong kita untuk berusaha lebih jauh.

Baca juga:

Jangan Malu Belajar dari Anggota Tim

Tidak semua Manajer terlahir sebagai pemimpin, tetapi siapa pun bisa menjadi pemimpin. Dan cara untuk mencapainya, adalah melalui pelatihan untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinan mereka. Namun, ada kalanya, karena malu mengakui kekurangannya dan menyembunyikannya dari orang lain, mereka cenderung menolak mengikuti pelatihan. Mereka menutupi kelemahan mereka dengan menarik garis pemisah dengan anggota tim mereka, dengan menunjukkan otoritas mereka sebagai atasan dan anggota tim harus mengikuti dan mematuhi perintah mereka tanpa pertanyaan.

Perilaku yang sangat “bossy” ini mengakibatkan lingkungan kerja yang tidak sehat dan tidak nyaman. Anggota tim tidak akan berkembang dan tidak dapat bekerja secara mandiri. Tanpa kepercayaan dan ruang untuk berinisiatif, mereka tidak akan memiliki rasa tanggung jawab atas pekerjaannya, karena mereka menganggap hanya menjalankan perintah dari atasannya.

Tags:

Berita Terkait